Menu

Kamis, 03 November 2011

Industri Makanan Ternak

JAKARTA, KOMPAS.com - Minimnya pasokan lokal mengakibatkan industri makanan ternak harus mengimpor bahan baku. Industri makanan ternak pun sangat bergantung pada besaran nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, karena kontrak impor dalam mata uang tersebut.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Sudirman, mengemukakan hal itu kepada Kompas di Jakarta, Kamis (22/9/2011).

"Sebelumnya kami tidak impor. Tetapi sejak dua tahun lalu suplai lokal mulai tidak ada. Maka kami pun impor," kata Sudirman.

Bahan utama pakan ternak berupa jagung, dengan kebutuhan 5 juta ton per tahun. Sekitar 2,5 juta ton di antaranya harus diimpor. Bungkil kedelai malahan harus mengimpor seluruhnya, yakni 2 juta ton per tahun. Begitu juga tepung daging yang perlu 200.000 ton per tahun, harus mengimpor seluruhnya.

"Padahal, tahun lalu, impor bahan baku hanya kurang dari 400.000 ton," kata Sudirman. Kontrak impor dibuat per tiga bulan, dengan harga dalam dollar AS. Oleh karena itu, industri makanan ternak sangat terpengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar