JAKARTA, KOMPAS.com - Minimnya pasokan lokal
mengakibatkan industri makanan ternak harus mengimpor bahan baku.
Industri makanan ternak pun sangat bergantung pada besaran nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS, karena kontrak impor dalam mata uang
tersebut.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Sudirman, mengemukakan hal itu kepada Kompas di Jakarta, Kamis (22/9/2011).
"Sebelumnya kami tidak impor. Tetapi sejak dua tahun lalu suplai lokal mulai tidak ada. Maka kami pun impor," kata Sudirman.
Bahan
utama pakan ternak berupa jagung, dengan kebutuhan 5 juta ton per
tahun. Sekitar 2,5 juta ton di antaranya harus diimpor. Bungkil kedelai
malahan harus mengimpor seluruhnya, yakni 2 juta ton per tahun. Begitu
juga tepung daging yang perlu 200.000 ton per tahun, harus mengimpor
seluruhnya.
"Padahal, tahun lalu, impor bahan baku hanya kurang
dari 400.000 ton," kata Sudirman. Kontrak impor dibuat per tiga
bulan, dengan harga dalam dollar AS. Oleh karena itu, industri makanan
ternak sangat terpengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar